Sunday, September 2, 2012
It's a girl's thing.....


Friends...I don't know about you, ya... tapi buat gue temen itu penting. Penting banget malah. Soalnya, selama lebih dari seperempat abad hidup gue ini, semua manis pahit kehidupan gue lalui dengan adanya orang orang disekitar gue, and di luar keluarga gue mostly they are my friends. Rasanya, biarpun kita berada di situasi yang paling kacrut sekalipun, kalo ada temen semua masalah itu nampak lebih mudah terlewati.

Gue adalah orang yang sering nggak PD. Dulu, waktu gue kecil (hmm...nggak kecil kecil amat kali ya, minimal lebih muda lah dari sekarang), malah lebih obvious ketidak PD-an gue itu karena gue suka ngerasa nggak cantik lah, nggak pinter pinter amat, nggak populer dan nggak punya bakat apa apa yang pada saat itu menurut gue adalah alasan kenapa some people have so many friends around them. Gue cukup sering menatap iri ke temen-teman gue yang sepertinya didn't have to do much to have people lining up to be their friend. Ada masanya gue berusaha keras untuk be 'somebody' not just anybody, to get accepted di lingkungan circle of friends gue. Rasanya gue harus jadi bagian dari friendship clique tertentu untuk bisa eksis. Ada masanya gue blend in, dan 'not be myself'. Gue boost PD gue, gue try to win some friends for me. Gue lupakan ego gue sementara, gue melakukan apa yang temen temen gue lakukan, walau kadang kadang gue nggak bisa ngerti apa enaknya, anything to be a part of them, to be recognized, to feel jadi bagian dari this big existence called "FRIENDSHIP".

Took me a long hard while to realize, friends are not supposed to be won over .

So many people around us, yang ngobrol sama kita, makan dan ketawa sama kita, nggak semuanya bisa dimasukin kategori friends. Kenalan mungkin.....acquaintance kalo kata bahasa inggrisnya mah. Ini biasanya orang orang yang kita kenal di permukaannya aja, kalo ketemu say hello, tapi temen lebih ke yang hubungannya mendalam...people yang ngertiin kita, yang liking us for who we are. Sekarang gue ngerasa nggak perlu usaha keras buat jadi orang yang 'bukan gue banget' buat impress people. Selama gue nggak ganggu orang, this is me, not perfect, just perfectly me. Glad if I can be your friend, but won't die if you didn't want to be mine.  Life's too short for such complications...right?
Pernah denger nggak wise saying ini:

"Real friends....
are people who walk in,
when others walk out..."

gue berpegang teguh sama masukan di atas. Temen yang memang bener-bener temen adalah mereka yang stick with you even though you are in the deepest pile of s**t. Walaupun mungkin mereka ngga bisa bantu banyak atau melakukan apa apa, paling enggak, by being there...they give you moral support... that's what being friends all about di mata gue. Bukan mereka yang hanya ada disekitar elo pada saat everything's hunky dory, semua serba menyenangkan. Ehm...ini nggak berarti temen yang beneran temen hanya ada pas kita susah aja lho...tapi happiness shared with people who really care for us, is truly thousands times better, seperti halnya sadness yang dipikul sama sama, will pass us thousands times faster.

Friends - what would I do without them…bener banget tuh, gue rasa se-loner lonernya seorang perempuan, pasti butuh keberadaan temen. Seperti gue membutuhkan temen-temen gue.
Gue musti berpikir keras, kapan tepatnya gue mulai bertemen sama my girls…karena masing masing dari mereka punya posisi dan komposisi yang unik dalam hidup gue. Masing masing punya cerita yang sedikit banyak ikut ngebentuk siapa gue sekarang ini.

CERITA LUCY

Seperti Lucy, misalnya…prototype perempuan metropolis yang langsung bisa merebut gelar fun fearless female tanpa harus keluar keringet. Semuanya ada di Lucy. Cantik? Tentuuuu…temen? Banyaaak…gue jadi inget waktu baru kenal Lucy di tahun pertama kita kuliah, gue sempet mengira dia itu nggak satu angkatan sama gue, secara dia kenalannya serenceng….dari mulai anak basket sampe anak senat fakultas lain yang sering menyapa dia di hall kampus. Jangan tanya kalau Lucy menampakkan diri di kantin…biarpun kantin sedang penuh di peak hour makan siang, pasti dia dapet aja tempat duduk. Gue lebih amazed lagi, begitu tau Lucy itu nggak cuma ngetop karena cakep aja…she’s a brainiac!  Lucy tuh type orang yang bisa bisanya tidur waktu dosen biologi lagi nerangin segala tetek bengek soal neuron dan sel sel otak, nongkrong ngopi sampe lewat tengah malam, nggak pernah ngoyo belajar, tapi tetep dapet A waktu mid test. Yap, she’s the kind of rare lucky people, saudara saudara…nggak kayak gue yang mampus mampusan dengerin kuliah pagi, mencoba mendongkrak mata yang ngantuk waktu menghafal istilah istilah aneh di system belajar kebut semalam gue, coba bikin kebetan panjang yang ditulis di lengan, tapi teteeeup aja C+ porsi nilai gue. Now THAT’s my kind of lucky J. But anyway, Lucy is my friend. Nggak taulah gimana awalnya kita jadi deket, tapi yang jelas we clicked.

Seperti yang sudah gue duga, dari semua my girls, Lucy lah yang pertama memulai nulis skripsi. Sementara kita masih asik asik pacaran dan menikmati kampus, Lucy sudah mulai mikir topik buat skripsinya. “anjrit, euy…si Lucy udah cari cari bahan skripsi aja…gue nih, lagi lagi gue nggak lulus statistik…gimana nasib gue dooong girls…masak semester depan gue musti cuti??” seperti biasa dilemma gue berkisar kebututan otak gue dalam hal matematika. Tapi herannya kalo soal duit, cepet banget otak gue berputar. My girls cuma ketawa dan menenangkan gue…”ya ampun, Sa… lagian lo mau nyamain si Lucy…dia mah anomaly, bisa sakit hati lo kalo ngebandinginnya sama dia…” Sementara itu Lucynya sendiri cuma nyengir sambil menikmati sosis goreng kesukaannya. “Gue ngejar ijin kawin, mak….si Dylan udah ngajak married, tapi bokap nyokap gue bilang nggak ada cerita deh, kawin kawin kalo gue belom lulus kuliah…” ujarnya dengan santai.

Oh damn…sekarang Lucy bukan hanya satu langkah di depan kita kita…dia seperti sudah nyewa Event Organizer buat bikin hidupnya begitu sempurna. Diusia muda, kuliah sambil bekerja part time di sebuah perusahaan ternama, sudah punya pacar mapan yang siap meminangnya begitu gelar sarjana di dapat. Dan if you knew Lucy the way we did, itu sama sekali bukan masalah! Dugaan kita sahabat sahabatnya pun terbukti, waktu suatu pagi kita sarapan bareng di kantin, sambil menunggu Lucy sidang skripsi exactly 6 bulan setelah proposal skripsinya dimasukkan. Lucy lulus dengan nilai yang…tentunya cemerlang! Aaah…nggak habis habisnya keberuntungan sahabat gue yang satu ini. Dylan, eksekutif muda yang setahun terakhir ini jadi pacar Lucy tidak menyia nyiakan kesempatan ini untuk meminang Lucy saat itu juga, di depan kita semua, di tengah kantin kampus yang mulai ramai, Dylan mengeluarkan sebentuk cincin berlian, layaknya sebuah pinangan yang sempurna. Bohong kalo gue, dan gue bicara mewakili my girls juga sepertinya, nggak hijau karena iri melihat semua kemudahan yang Lucy dapat. Sepertinya semua itu too good to be true. Ingin rasanya bertukar tempat dengan Lucy, bisa menikmati dunia dari sudutnya yang sungguh seperti dicomot langsung dari cerita fairy tale. Tapi, hey! We are happy when she is happy…that’s what friends are for, right???

Maka sibuklah my girls merancang pernikahan Lucy. Dari mulai seragam, bachelorette party sampai piala bergilir yang kita siapkan untuk diberikan di atas pelaminan, saat my girls satu persatu menemukan tambatan hati. Mixed emotions alias perasaan nggak karuan melihat dan menjadi saksi salah satu dari kita berjanji sehidup semati untuk bersama seorang cowok. Antara senang melihat Lucy bahagia, sambil mikir: kapaaan ya giliran gue? Hehehehe. Nggak apa apa kan, manusiawi dong. Namanya juga manusia, sebahagia bahagianya kita melihat kebahagiaan orang lain, buntut buntutnya kembali ke diri sendiri.   

***

Cuaca sedang nggak bersahabat waktu gue mengarahkan mobil ke daerah kemang. My girls ngajak ‘buka kamar’, alias nginep di hotel, dimana kita menyewa satu kamar besar untuk bersama sama. Ini salah satu bentuk pelepasan suntuk kita kalau baru selesai ujian akhir semester dan perayaan beberapa oknum my girls yang ulang tahun. Setelah kurang lebih 5 bulanan nggak ketemuan sama Lucy, buka kamar kali ini sekalian jadi ajang temu kangen dan wawancara non formal tentang gimana kehidupan pernikahan sebenarnya. Gue kebagian jemput Lucy yang rumahnya sejalan sama rumah gue. Belom lama setelah Lucy masuk mobil gue dan cipika cipiki, dia duduk di samping gue dengan wajah sedikit beda. Seperti sedang nahan pipis kalau boleh gue tebak…tapi ternyata dia memang nahan sesuatu, yang tentunya bukan pipis. “Apa kabar lo, Sa…? Gue hamil nih…gimana ya reaksi anak anak kalo tau gue hamil? But to tell you the truth, I’m not thinking of keeping it” Cerita Lucy mengalir seperti air hujan tumpah dari langit, namun suara Lucy agak terdengar ragu ragu. “you WHAT???” gue terpekik sampai hampir injek rem dalam dalam. Gue ngelirik Lucy sambil nunggu dia ketawa atau apa, yang menandakan dia lagi bohong atau becanda. Ternyata enggak.

“What’s going on, Luce?” di kepala gue kayaknya gila aja nih si Lucy kalo emang serius sama omongannya barusan. Gue mencium adanya gelagat ngga enak, dan datang dari Lucy, kayaknya hal beginian aneh aja.
“Eh…tunggu tunggu deh, bentar lagi sampe hotel…nanti aja deh lo cerita sekalian ke anak anak  supaya nggak musti cerita ulang berkali kali” potong gue sebelom Lucy sempet cerita lebih detail.
“Nnngg…enggak Sa, gue pengen cerita ke elo dulu aja. Just you. Gue yakin anak anak akan bilang gue gila, dan nggak akan mau denger penjelasan gue….” Lucy ternyata serius.
“Oke…” gue takut salah ngomong. Sumpah takut, tapi penasaran “….tapi kenapa musti perlu penjelasan segala sih Luce… lo kan hamil ada bapaknya, dalam pernikahan….trus…kenapa juga lo mikir….” Gue berhenti ngomong waktu gue liat Lucy mulai sesengukan. Haiyyya….tuh kan gue salah ngomong!

“Itu dia, Sa…kok gue nggak happy ya waktu tau hamil? Kenapa cepet banget? I don’t want it, Sa…gue…gue…ih, perempuan macam apa sih Sa gue ini??” Lucy meremas remas tangannya sendiri, keliatan banget kalau dia gemes dan bingung. Gue mikir: apakah ini yang namanya hormonal imbalance? Katanya kan kalau seorang perempuan hamil, secara fisik terjadi perubahan gila gilaan, salah satunya perubahan hormonal, yang bisa mengakibatkan mood swings. Gue sendiri belom tau terlalu banyak, cuma sedikit sok tau aja.  Apalah artinya gue yang belom pernah hamil dan cuma dapet C+ di pelajaran biologi! Tapi gue tau banget kalau kenyataan bahwa dirinya hamil membuat Lucy nggak nyaman sama sekali.

“Dylan shut me down waktu tau gue hamil, Sa….gue nggak boleh lagi kerja, nggak boleh nge- gym, nggak boleh kemana mana….gue dikerem bulet bulet! Bisa gila gue Sa…I can’t be giving up my life just like THAT, ya kan? Not now….mungkin juga not ever….” Lucy termangu mendengar omongannya sendiri, sementara gue tetep berusaha konsentrasi nyupir ditengah badai…badai angin di luar dan badai emosi di dalam mobil. Aduh!

Di satu sisi gue mencoba mengerti keadaan dan perasaan Lucy, dia yang serba bisa, penuh potensi dan ambisi, mungkin benar adanya kalau kehadiran seorang bayi akan merubah segalanya. Tapi, kalau dipikir lebih jauh lagi...seharusnya kan Lucy tau kalau mempunyai anak adalah salah satu result dari sebuah pernikahan….bener nggak sih?

“Sa….menurut lo gue harus gimana?” Lucy menatap gue menunggu jawaban, padahal gue sumpah deh nggak tau musti ngomong apa.
“Luce,” akhirnya gue coba untuk bersikap netral, “sudah jalan berapa bulan kehamilan lo?”
“12 minggu, Sa…masih bisa kalo gue mau abort….”Lucy tertunduk, sadar kalau omongannya terdengar sadis. Gue pegang tangannya, dingiiiin banget.
“Lo udah bicarain sama Dylan?”tanya gue.
“Udah. Dylan ngamuk, Sa…ini gue aja mau ikutan nginep nggak bilang Dylan. Kalau dia tau pasti gue nggak akan dikasih pergi…”aku  Lucy pelan.

Merasa nggak enak karena nggak bisa kasih jalan keluar instant buat Lucy, gue cuma bisa jadi pendengar yang baik, karena gue cukup tau, terkadang kalau temen lagi curhat, all they need is to be heard. Nggak lebih. Gue berhenti cukup lama di parkiran, membiarkan Lucy mengeluarkan uneg unegnya dan gue memastikan kalau gue nggak sembarangan ngomong, gue pilih kata kata gue, menghindari provokasi. That’s the least I can do as her friend.

Gue percaya Lucy cukup dewasa untuk mengambil keputusan yang terbaik untuk keluarganya. Untuk dirinya sendiri. Kadang kadang kalau one of my girls curhat di moment kumpul bareng begini, masalah kita bergerak dari masalah ‘pribadi’ menjadi masalah ‘bersama’. Ada nilai positif dari kebiasaan ini, secara all my girls akan urun rembuk berbagi ide, pengalaman dan cerita untuk mencari jalan keluar dari sebuah masalah. Try to be there for each other. Tapi jujurnya, nggak semua masalah menurut gue bisa dijadiin topik diskusi panel seperti ini. Ada kalanya teman teman kita bisa memberikan segala logika, rasio yang tak tebantahkan, tapi apa yang kita rasakan, apa kata hati kita seringkali nggak sejalan sama semua itu. Dan kadang setelah itu kita akan menjadi terlalu takut untuk mendengarkan apa kata hati kita, kalau sejumlah panelis yang notabene temen temen kita sendiri sepakat mengatakan kalau apa yang kita rasakan itu salah L.
Beberapa hari setelah curhat massal di acara ‘buka kamar’ itu, Lucy menelpon gue. Dia memutuskan untuk meneruskan kehamilannya. Gue berdoa, semoga aja keputusannya itu diambil berdasarkan hati, bukan semata peer pressure.

***

Di pertengahan bulan Oktober Lucy mengundang my girls untuk selamatan 40 hari lahirnya Aidan putra pertama Lucy dan Dylan. Kami para ‘tante’ tentunya dengan semangat membara menghujani keponakan kecil kami ini dengan berbagai kado dan doa. Lucy tampak bahagia. Dia menatap gue penuh arti sambil berbisik, “ Sa…gue rasa keeping Aidan adalah keputusan terbaik yang pernah gue ambil. I love him so much.”   

Butuh 5 bulan setelah itu, sampai suatu malam gue dibangunkan oleh deringan telpon genggam gue di jam 2 pagi. Gue sempat tertidur di depan komputer setelah semalaman berkutat dengan proposal skripsi. Dering telepon yang tak putus-putus memaksa gue duduk, berusaha mengumpulkan nyawa gue yang tercecer sebelum akhirnya memutuskan untuk mengangkat telpon dari…Lucy!

“Yaaaaa…” jawab gue malas malasan. Manusia normal lainnya sedang tertidur lelap jam segini, jadi jangan salahkan gue karena kurang antusias menjawab telpon, walaupun itu dari sahabat gue sekalipun. Di seberang sana terdengar suara tangisan bayi yang cukup nyaring, dan samar samar gue denger suara tangisan orang dewasa juga, itu suara Lucy. Oh, God….ada apa ini? “Luce, kamu kenapa?? Aidan kenapa????” gue mulai panik.

 “Sa…gue nggak tau deh Aidan kenapa! Dia nggak mau berenti nangis. Gue cape, Sa….udah 3 malam gue nggak tidur…Dylan sih enak enak aja tidur….Saaaaaaaaa…ampun deh, gue mau mati aja!”suara Lucy terdengar bergetar, seperti bener bener putus asa. Gue pun bergegas mengganti piyama gue dengan jeans dan t-shirt, “OK-ok….Gue ke sana, Luce…”

Begitu sampai di rumah Lucy, gue disambut dengan tampang kusut Lucy yang menggendong Aidan. Bocah lucu itu benar benar ngamuk rupanya, tidak menyisakan keimutan sama sekali, Aidan lebih mirip bom waktu yang sudah mau meledak malam itu.

“Mau ke rumah sakit ? Ayo gue anter aja…kenapa sih dia, Luce? Sakit? Dylan kemana?”tanya gue agak membombardir. Lucy nggak menjawab, menyambar tas dan keperluan Aidan mengajak gue segera mengarah ke Unit Gawat Darurat Rumah Sakit terdekat.

Lucy menunggu sampai kita di mobil, sebelum dia ikutan nangis berderai air mata. Sukseslah mobil gue dipenuhi orang nangis! Untung gue bukan type orang celamitan yang langsung kepingin ikutan nangis juga.
Gue nggak ngerti apa yang dokter jaga lakukan ke Aidan, tapi yang jelas bayi ngamuk tadi sudah anteng bobo dalam beberapa menit. Lucy tampak capek banget, tapi kelihatan lebih tenang karena Aidan sudah tenang.

“Gue sebel sama Dylan, Sa…kemarin waktu Aidan susah tidur, nangis nangis, Dylan malah marah sama gue. Suruh diem tuh anakmu, kata dia, gue butuh tidur. ….emangnya Aidan itu cuma anak gue aja???? Kan anak dia juga, Sa… terus tadi waktu Aidan ngamuk lagi, Dylan malah pindah tidur di pavilliun…bukannya bantuin gue.” Lucy kembali berlinangan ai mata. “Alasan Dylan selalu sama; kamu kan besok nggak harus ke kantor…memang dia pikir gue di rumah seneng seneng??? Sini kalo mau tukeran sama gue….biar gue yang ngantor, dia yang jaga Aidan….”suara Lucy mengeras, dan Aidan bergerak dalam tidurnya. Oh no, jangan sampe dia ngamuk lagi aja! Untung sepertinya Aidan sudah kecapekan nangis, jadi dia meneruskan tidur. Disitulah gue menyadari, Lucy belom bisa sepenuhnya merelakan status active girl-nya berubah menjadi stay home mom. Lucy masih menangis sepanjang jalan, dia berbisik,”Gue ibu yang jahat, ya Sa…? Tapi I don’t like my life right now….even with Aidan in it.

“Lo nggak jahat, Luce…lo pasti sayang Aidan….mungkin lo cuma nggak suka dan belom terbiasa sama keadaan sekarang…baby blues aja kali, say…you’ll manage…gue tau, elo orang paling capable yang gue kenal…sabar ya, kan ada kita kita…” itu adalah sebait rayuan gombal ala gue yang saat itu bisa gue kerahkan buat menenangkan Lucy. “Naaah, now that you are up, tolong proofread proposal skripsi gue yah….”gue nyengir berusaha push my limit. Untungnya jebakan gue berhasil J.     

***

Di pesta ulang tahun Aidan yang ke dua, Lucy mengumumkan berita diterimanya dia di sebuah perusahaan international ternama ke my girls. “I’m going back to work, girls!”serunya bahagia. Tergambar jelas excitement di setiap tarikan senyumnya. Hell yeah, girls rule! Kita cuma kaget karena sebelumnya, yang kita dengar adalah justru Dylan, suami Lucy yang tertarik untuk hijrah ke perusahaan tersebut.  Ada sedikit rasa nggak tega untuk ngingetin Lucy, bahwa mungkin Dylan nggak akan terlalu nyaman dengan berita bahagia-nya itu. Dan dengan sangat menyesal, dugaan kita ternyata benar.
“loh…kenapa juga dia musti sewot, Sa….come on….ini kan fair, kita sama sama applied. I ended up getting the job, memang bagian mananya yang salah gue?? he should just suck it up….enggak laaa dia nggak marah”elak Lucy penuh keyakinan waktu gue coba kasih tau soal Dylan. Oh well, mungkin Lucy lebih tau bagaimana Dylan, so I simply shut up. 

Gue pribadi nggak bisa sepenuhnya menyalahkan Dylan yang akhirnya mutung, karena kalah dalam persaingan. He’s a guy after all. Tidak mudah untuk menerima kekalahan dari rival kita, apalagi kalau rival yang mengalahkan kita justru sang istri tercinta? Yang gue sayangkan disini adalah keputusan Lucy untuk tetep try out for the job, walaupun dia tau Dylan juga mengejar posisi di sana. Apa nggak ada tempat kerja lain sih? Mungkin orang akan mikir seperti itu, tapi gue cukup kenal Lucy. Disini sepertinya ego Lucy bicara. Lucy dari dulu selalu punya ambisi untuk perform, karena simple aja…Lucy memang punya kemampuan yang lebih dari cukup untuk itu. Lebih dari dua tahun sudah Lucy menekan ambisinya dalam dalam dan menjalani posisinya sebagai istri rumahan teladan. Dulu hambatan sekaligus prioritas utama dalam hidupnya adalah Aidan yang masih sangat bergantung dengan keberadaan Lucy di rumah. Namun sekarang, Aidan sudah mulai bisa diajak kompromi, sudah nggak rewel kalau dititipkan di rumah orangtua Lucy yang tidak jauh dari kantor. Lalu tunggu apa lagi? Enough waiting…it’s time to shine…dia butuh moment pembuktian diri, and she took the chance.

Hanya sayangnya, it might cost her….her marriage.

 Tidak semua my girls menyadari pernikahan Lucy mulai mengalami keretakan setelah kejadian di ulang tahun Aidan waktu itu. Tapi gue tau. Lucy sendiri sangat bahagia mendapatkan kembali girl powernya, pengakuan dari dunia bahwa ia mampu setara dengan sekumpulan manusia sukses di luar sana. Kemapanan dan kemandiriannya secara finansial belakangan ini pun mulai menjadi duri dalam daging. Dylan yang dulu nampak percaya diri dan superior dalam perkawinan mereka, semakin kehilangan ‘sinar’ nya. Outshined by his own darling wife.

Hubungan Lucy yang mulai nggak harmonis dengan Dylan tampak jelas waktu keduanya datang sendiri sendiri ke resepsi pernikahan gue. Lucy datang membawa Aidan, sementara Dylan datang bersama some girl yang dikenalkannya ke kita sebagai temen di kantor. Oy! Even I know it means trouble….Herannya, Lucy sendiri tampak tenang, seperti tidak terganggu sama sekali dengan hadirnya si ‘temen kantor’ Dylan.

Waktu akhirnya kita punya waktu untuk ngumpul dan bertukar cerita lagi, Lucy dengan tegar mengumumkan kalau dia dan Dylan sudah sepakat untuk bercerai. Proses sidang cerai sudah hampir selesai dan Lucy mendapat hak asuh Aidan secara penuh. Sungguh ironis kalau dipikir bagaimana sidang perceraian mereka berlangsung begitu cepat dan lancar, secepat pinangan pernikahan dari Dylan setelah sidang skripsi Lucy 4 tahun yang lalu. Mungkin ada benarnya all that speech mengenai roda kehidupan yang setiap saat dapat bergerak dengan tempo yang tak bisa di duga. Kadang roda kita sedang berada di putaran atas dan life seems easy, next thing we know kita sedang terpuruk di putaran terbawah.

“Oh ya, by the way….akhir bulan depan lo semua diundang Dylan untuk dateng ke kawinannya dia ya” kata Lucy menutup pengumumannya. Ada nada miris di suaranya. Kita semua sempet speechless, tapi mau bilang apa kalau memang faktanya seperti itu. Lucy bilang ini keputusan yang terbaik untuk saat ini, buat dia, buat Dylan walau kini keluarga kecil mereka harus terpecah. Lucy janji dia akan usahakan semua yang dia bisa untuk kebahagiaan Aidan, tapi untuk tetap berada di dalam ikatan pernikahan yang sudah kehilangan persamaan visi, misi, dan cinta….. tampaknya bukan pilihan win – win yang bisa Lucy ambil.      

Gue nggak pernah sekalipun mengira gambaran seperti inilah yang ada di kehidupan seorang Lucy, looking back di 4 tahun yang lalu. Lucy the anomaly yang selalu pertama mencapai finish line, Lucy yang selalu kita pikir untouchable dari segala masalah dan kesulitan. Lucy cuma manusia biasa. Seperti gue, seperti all my girls dengan porsi masalah kita masing masing.

Manusia memang hanya bisa berencana.
  


 /shn2010
posted by shantz at 3:05 PM - 0 comments

Saturday, July 28, 2012
L.O.S.T

Recently, topik kehilangan 'menggores' my book of life lagi. Dari mulai yang skalanya bearable seperti pada saat-- entah bagaimana-- someone break into our car and took some of our belongings, sampai yang skalanya maha hebat: gue mengalami kehilangan orang-orang penting dalam hidup gue. I don't know if i am qualified to write anything about losing something or someone, tapi gue cuma mau menceritakan dampak yang gue rasakan pada saat kehilangan. Gue pernah merasakan itu, so that's enough reason, no?

Kehilangan something atau barang? Yang satu ini sering banget gue alami....selalu membuat ngenes...nggak peduli barang yang kecil seperti sebuah iket rambut kesayangan, atau sesuatu yang cukup punya harga seperti gadgets....rasanya upaya dan usaha mendapatkan barang barang yang hilang tersebut sering banget terngiang2 kembali. "damn...itu kan hadiah dari si ini...." atau "yaaa....nabung setahun penuh, hilang dalam satu hari" tapi semua itu judulnya 'barang'. Sesuatu yang memungkinkan untuk dicari lagi, dibeli lagi, if not now...maybe one day.


Kehilangan 'something' yang paling ngenes buat gue adalah pada saat gue kehilangan 'calon' buah hati...mau bilang 'someone', it is not a someone just yet...yang jelas kehilangan yang ini cukup membuat gue sedih berkepanjangan, sedih karena mengecewakan, dan berujung kepada menyalahkan diri sendiri. jeritan kekecewaan seperti: "what have i done wrong??" "why me?" walaupun menyakitkan, kehilangan ini membuat gue belajar percaya sama 'hope' bahwa maybe it wasn't ours to begin with.... masih ada harapan one day gue mungkin akan mendapat kesempatan untuk kembali memiliki that something I lost.

Kehilangan someone, it is a part of life, no? Kehilangan manusia-manusia penting yang punya arti besar di kehidupan kita. Manusia-manusia biasa yang kadang belum kita sadari pentingnya sampai saat kita kehilangan mereka. "You don't know what you've got till it's gone" itu kata kata yang dalem artinya buat gue. Pedihnya menyadari betapa mereka yang kadang we have taken for granted ternyata nggak ada lagi diantara kita. Hal hal kecil yang biasanya mereka lakukan dan membuat kita kesal, atau kita anggap nuisance malah menjadi memory yang I would actually pay to get to experience that all over again. Saat dimana banyak pikiran pikiran absurd berlarian di kepala---seperti mengutip kata kata temen gue yang juga baru kehilangan: "Andaikan gue bisa pinjem mesin waktunya doraemon"
Ya. Andaikan waktu bisa berputar kembali, sehingga kita bisa mengulang semua dengan lebih baik. Tersenyum dan menikmati semua kelakuan aneh, kata kata culun, atau canda-canda kecil yang sekarang bikin kita kangen.

Dua sahabat baik gue baru saja mengalami kehilangan their loved ones. Semua rasa kehilangan yang pernah gue rasakan sepertinya membuncah kembali. Nggak ada kata kata yang bisa menggambarkan nggak enaknya ngerasa kehilangan, unfortunately gue tau rasa itu. Rasa yang begitu familiar dan sering membuat gue menitikkan air mata walaupun my losing moments have passed. Doa gue buat mereka sama: Semoga kenangan manis selama mereka yang kita cintai ada disamping kita bisa mengurangi rasa getir pada saat kita kehilangan...take your time, karena only time can heal us....even though we will never be the same lagi. Semoga Allah SWT menempatkan mereka yang kita cintai di tempat terbaik disisiNya..


"Love the people around us with all your heart, coz you never know what life has had in store for us...jangan biarkan sesal itu ada. Karena biasanya sesal ada pada saat semuanya sudah nggak ada"


No Regrets,

Shanty
posted by shantz at 2:57 PM - 0 comments

Sunday, April 8, 2012
Island Getaway 2012....
Island Getaway 2012 Slideshow: Shanty’s trip from Jakarta, Jawa, Indonesia to 5 cities Patong Beach (near Patong, Phuket, Thailand), Phangnga, Phuket (near Kathu), Chalong (near Rawai) and Bang Tao Beach (near Thalang) was created by TripAdvisor. See another Thailand slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Labels: , ,

posted by shantz at 12:09 PM - 0 comments
Places...and more places....








posted by shantz at 9:33 AM - 0 comments

Saturday, December 24, 2011
Summer Trip 2011 - Bangkok here we come....
Sawadee ka Slideshow: Shanty’s trip from Jakarta, Jawa, Indonesia to 2 cities Bangkok and Pattaya was created by TripAdvisor. See another Thailand slideshow. Create your own stunning free slideshow from your travel photos.
posted by shantz at 5:48 PM - 0 comments

Wednesday, December 21, 2011
Farewell to Ibu Retno....
From Bandung With Love <3 Slideshow: Shantz’s trip from Jakarta, Jawa, Indonesia to Bandung was created by TripAdvisor. See another Bandung slideshow. Create your own stunning free slideshow from your travel photos.
posted by shantz at 9:48 AM - 0 comments

Sunday, May 29, 2011
Film Indonesia....oh, film indonesia.....
Alkisah, suatu malam minggu, gue pengen ngajakin mertua jalan jalan ala anak mall....sore sore gue sama suami jemput si Mam El, trus kita mengarah ke mall terdekat buat checkin' out kalau ada movie yang worth to watch, dan mungkin bisa kongkow ngopi atau have dinner sebelum itu. Tereeeeeeeeet, sampai deh kita bertiga di mall yang dituju, suasana cukup rame, jadi suami ngedrop kita di depan entrance while doi cari parkir...pesen sebelum kita turun; "Be, kalau bisa pilih filmnya jangan yang cinta cintaan ya..."


Well...i don't blame him, soalnya entah kenapa, lately film film yang diputer di bioskop ini isinya kayak mindahin sinetron TV... penuh dengan pointless lovey dovey (indonesian) movies...bisa jadi karena sebagian besar pengunjung mall di ujung Jakarta paling ujung ini kebanyakan penikmat film film jenis begitu kali yeee...


Anyway, gue sama Mam El browsing film 'now showing' yang tentunyaaaa....didominasi sama si lovey dovey movies seperti yang gue jelasin diatas...namun satu diantara berjuta (aehhh lebayy) ada satu film berposter gaya 'dark' dan berjudul ala film filmnya Jean Claude van Damme. Huhuuy....boleh lah, "malem mingguan nonton film action ya ma?" ajak gue, dan si Mam El setuju...


3 tiket di tangan, setelah kenyang menikmati dinner kita langsung cabcus ke teater dan menunggu film mulai...duduk manis, matiin HP dan wowww, impressive, the beginning of the movie sure looked really interesting...rada bangga juga liat ada sekelibatan nama berbau Indonesia di credit title. Wihhh....jangan jangan settingnya tentang Indonesia, nih film....sekelumit rasa nasionalis membuncah.


Dan........man! Ini ternyata MEMANG film Indonesia. Dikemas dengan cukup rapi. professional. penuh aksi. However....

aduh, mak....lebay banget! The whole story itself sangat ketebak di let's say...5 menit pertama, nggak ada greget buat find out what's next...karena semuanya serba klise. Jalan ceritanya tipikal banget. Pemainnya rata rata kakuuuu rek! Ada satu dua yang actingnya ala sinetron abissss. Huhuhuhuhuhu.....the only thing yang bikin the movie cukup entertaining malam itu adalah the fact that kita bisa ketawa ketawa geli liat semua kejanggalan through out the movie... and oh, nggak bisa dipungkiri...adegan adegan laga di film ini cukup terlihat believable. Hollywood better watch out! :)


I am DAMN proud to be Indonesian. But when it comes to movies...duh,sepetinya gue...masih kepingin menikmati produknya Paman Sam nih. maaf ya....Indonesia-ku.

Labels: , ,

posted by shantz at 10:03 AM - 1 comments

Thursday, March 31, 2011
Singapore's Trip Slideshow: Anne’s trip to Singapore was created by TripAdvisor. See another Singapore slideshow. Create your own stunning free slideshow from your travel photos.

Labels: , ,

posted by shantz at 10:27 PM - 0 comments

Saturday, June 19, 2010
Hurt....


“Have you ever been in love? Horrible isn't it? It makes you so vulnerable. It opens your chest and it opens up your heart and it means that someone can get inside you and mess you up. You build up all these defenses, you build up a whole suit of armor, so that nothing can hurt you, then one stupid person, no different from any other stupid person, wanders into your stupid life...You give them a piece of you. They didn't ask for it. They did something dumb one day, like kiss you or smile at you, and then your life isn't your own anymore. Love takes hostages. It gets inside you. It eats you out and leaves you crying in the darkness, so simple a phrase like 'maybe we should be just friends' turns into a glass splinter working its way into your heart. It hurts. Not just in the imagination. Not just in the mind. It's a soul-hurt, a real gets-inside-you-and-rips-you-apart pain. I hate love.”

god, i think Neil Gaiman is a genius! :)
posted by shantz at 3:45 PM - 0 comments

Wednesday, December 23, 2009
Farewell to Mama....
Ya Allah,
Terimakasih telah Kau pilihkan untukku seorang mama yang hebat. Seorang wanita penuh kasih sayang yang mengajariku untuk menjadi wanita yang mandiri. Mama membekaliku dengan ilmu, kepercayaan, kebebasan berpendapat, dan sense of humor yang membentuk siapa aku sekarang ini. Mama juga yang senantiasa mengingatkan aku untuk tidak diam saja berpangku tangan menunggu bantuan dari orang lain; "Kerjakan yang kamu bisa, Shan. Jadi perempuan itu harus punya keahlian biar sedikit sedikit. Kamu harus bisa bantu suamimu nanti, jadi kalau ada apa apa kamu nggak kerepotan sendiri " dari situ mama pun mengajariku untuk menjadi kuat.

Mamaku adalah my hero. Beliau mengajariku untuk bisa baik baik membawa diri, berteman dengan siapa saja, "You can never have too many friends" sepertinya itulah nilai yang ingin ditanamkan mama kepada kami anak anak mama. Mamaku lucu, santai penuh canda dan yang paling berkesan buatku, mama didn't laugh at people she laughs WITH them! Mama bukannya menertawakan orang, tapi tertawa 'bersama' mereka....terlihat dari sikapnya yang juga tidak berkeberatan kalau beliaulah yang sedang jadi bahan tertawaan. Mama selalu berusaha bergabung bersama teman teman kami, aku dan Dimas, kalau mereka ke rumah. I have to say, hands down...mamaku is a cool mom! Semoga suatu saat nanti aku bisa menjadi Ibu yang baik untuk anak anakku seperti Mama. Amien.

Ya Allah,
Terimakasih telah Kau pilihkan untukku seorang mama yang penuh pengertian. Mama bukan saja seorang Ibu bagiku, tapi juga seorang teman yang bisa kuajak bicara segala hal. Mama was my best friend. Mama tidak hanya ikut tertawa disaat aku senang, tapi juga ikut menangis dikala aku susah. Mama mengajariku untuk "fight for what you believe in" yang cukup sering membuat aku jadi partner 'berantem' mama karena kita sama sama berpegang teguh dengan pendapat kita masing masing. Yah, Ma....jangan salahkan aku, ya kalau ternyata aku suka ngeyel, kan aku mewarisi itu dari mama :).

Ya Allah,
Terimakasih telah Kau pinjamkan untukku seorang mama Inoel selama 32 tahun hidupku. Seperti semua pinjaman, pada waktunya kita semua akan Kau ambil kembali. Walau dengan hati pedih karena kehilangan, aku ikhlas Kau ambil mamaku kembali ke pangkuanMu, Ya Allah...hanya doaku yang insyaAllah tidak akan putus, semoga Kau ampuni kesalahan mama, Kau terima amal sholehnya, Kau lapangkan dan terangi kubur mama dan jauhkan mama dari azab kubur, Ya Allah. Amien. Amien Ya Rabbal Alamiin.

Selamat jalan, Ma...I love you always,
Teteh Shanty Astarini Bachmid.

Labels: , , ,

posted by shantz at 3:41 PM - 2 comments

Monday, December 21, 2009
Mother's Day Special


Dear Allah,
tomorrow will be the day that Indonesian celebrate Mother's Day...a day that I thought was sort of taken for granted for years...well, not this year....not by me.

You might think I am over reacting a bit when I say being a mother *a good mother that is* is the hardest occupation ever existed in the face of the earth. Well what do i know, some might say...I am not a mother yet, but I do happen to have a GREAT mother. So I DO know.

Allah, as a daughter, I often thought that I am a lousy one...I ignore my mother at times...yet she still find ways to show her care by yelling at me...not one bit, she ignores me back.

When I was younger I used to be such a sneaky mean lil bi*ch by talking back at my mother...yet she held me when I was devastated by stupid puppy love broken hearts.

When I grew older, we became more like friends, my mother and I...we talk...we go places...we have our girlie adventures...we share.

I am realizing something...how lucky i am to have such a lovable mother. How stupid I am not realizing any sooner. I am in need of my mother. She is my role model. She is my hero.

Allah, now my hero is lying helpless in a sickbed. Her strength shown in her eyes, but her frail body is failing her. Oh I wish I could do something for her.....I would have done everything ...ANYTHING at all...to see her feel better. To take all her pain away.

Allah, i am nothing but your humble pupil...i am in no power to do all that incredible stuff upon my mother....but please listen to my prayers: Please take her pain away, Allah...please let her come home and be well again, I promise You that insyaAllah I will accept her with her post illness problems and I will take good care of my mother the way she took care of me when I was little. I promise I will do everything in my power to make her happy, to make her worry no more.

Allah, please give me a chance to try paying back all her good efforts in raising me, I realize nothing can ever be good enough...but at least, let me attempt to do so. I haven't done much for my mother. I have no special things to offer but all my love, all my prayers, all my strength...the strength I learned from the very best teacher....my mother.

Allah, now you know how I feel about my mother. The woman I admire most. The woman that teaches me to be an independent girl, that is not afraid to believe.

Allah, please show Your mercy to my mother....grant me Your miracles....let us be a family again.

AMEN.
posted by shantz at 3:30 AM - 1 comments

Saturday, November 28, 2009
Being Thankful....
Dear All,
Kalau di Amerika sana orang orang abis ngerayain Thanksgiving, gue yang di Bekasi cukup ngerasain imbasnya lho...karena gue sedang berada di titik ngerasa sangat thankful, tentunya ke Allah SWT untuk segala yang sudah diberikan ke gue...baik itu cobaan dan karunia-Nya.

Recently, out of the blue gue dikasih cobaan berat...mamaku masuk rumah sakit....keadaannya sangat lemah sampai sampai terpikir di kepala gue, apa jadinya kalau sampai gue harus kehilangan mama yang notabene sangat gue sayang...kepala gue pusing, badan gue limbung...tapi gue harus bisa think straight....papa kena panik attack dan nggak bisa ambil keputusan disaat big decisions needed to be made...so I am thankful, that Allah gave me strength to step on that big shoe. I am also thankful for having Iman around...yang tanpa mengeluh day by day nemenin gue wira wiri ke Rumah Sakit ...hanging by when I am ever so grouchy karena capek dan pusing....God, what would I do without him?

Lebih dari dua minggu mama harus di rawat, mulai dari malam malam yang panjang nunggu di hall rumah sakit waktu mama masih di Intensive Care sampai akhirnya boleh masuk ke kamar, banyak hal yang sangat bikin gue thankful...Dokter dan Suster di RS Cikini yang merawat mama dengan baik, adanya papa yang alhamdulillah kuat jagain day shifts waktu kita pada kerja...Dimas dan Iie yang bisa diajak gantian jaga malem....Tante Ninien dan Neng Las yang rela bercape cape dan berdingin dingin nemenin saat mama masih ngaco ngomongnya dan susah makan....I am ever so thankful...karena kalo nggak ada mereka, things would've been EXTRA hard.

Not to mention mengalirnya atensi dan bantuan dari teman teman & keluarga...yang sudah datang menengok, ngebawain makan *untuk kita yang jaga* hehehehe...maupun doa dan perhatiannya untuk mama. Ya Allah...All of that made me drop down to my knees feeling that I am soooo lucky to be surrounded by many good people around... so, talk about thanksgiving and being thankful....

I am one thankful girl.

thank you everyone for whatever you have done...

Labels: ,

posted by shantz at 3:18 PM - 0 comments

About Me
Name: shantz
Home:
Jakarta, Bekasi, Indonesia
About Me:
simple-bawel-nyengir-ketawa gila,cicip-cemal-cemil lover, food addict,sing-a-long freak...all that made me ...ME
See my profile...

Previous Post
Archives
Links
Credits


background by tayler